Kurikulum 2013 Jangan Asal Diterapkan
Jakarta, Kompas, Minggu 12 Mei 2013- Pemerintah
lagi-lagi mengurangi target sekolah dan siswa yang akan menerapkan Kurikulum
2013 pada 15 Juli 2013. Penghitungan terakhir pemerintah, hanya 6.410 sekolah
yang menerapkan Kurikulum 2013. Sekolah yang dipilih itu eks RSBI dan terakreditasi
A. Tingkat SD/MI terpilih 2.598 sekolah, sedangkan SMP/MTs ada 1.521 sekolah.
Adapun tingkat SMA/MA ada 1.270 sekolah dan 1.021 SMK. Total siswa sasaran
sebanyak 1.535.065 siswa. Oleh karena jumlah berkurang, tidak semua
kabupaten/kota mendapat kesempatan menerapkan Kurikulum 2013.
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Mohammad Nuh menjelaskan, pengurangan jumlah sekolah sasaran dan
siswa itu dilakukan semata-mata menyesuaikan kondisi riil di lapangan. ”Ini
sudah jumlah final. Tidak akan berubah lagi,” kata Nuh, ditemui di Jakarta,
Selasa (7/5).
Rencana awal Kemdikbud,
ditargetkan 30 persen SD/MI akan menerapkan kurikulum baru. Lalu berubah
menjadi 5 persen atau 7.458 sekolah dari total 148.000 sekolah tingkat SD/MI.
Untuk SMP/MTs menjadi 7 persen atau 2.580 sekolah. Adapun untuk SMA dan SMK
semula 100 persen, masing-masing 11.572 SMA dan 10.685 SMK.
Konsekuensi pengurangan
target, kata Nuh, alokasi anggaran Kurikulum 2013 akan turun dari Rp 2,49
triliun menjadi sekitar Rp 800 miliar. ”Siswa dan guru sasaran berkurang
sehingga jumlah buku pegangan pun berkurang,” ujarnya. Meski jumlah berkurang,
Nuh menegaskan, penerapan Kurikulum 2013 bukan uji coba, melainkan bertahap dan
terbatas.
Pemaksaan
Pemerintah yang bersikeras
menerapkan Kurikulum 2013 tanpa uji coba diprotes keras sejumlah organisasi
guru. Pemaksaan implementasi Kurikulum 2013, tanpa memperhatikan realitas
lapangan soal kesiapan guru dan infrastruktur, dinilai justru mengorbankan
siswa, guru, dan masyarakat. Sekretaris Jenderal Ikatan Guru Indonesia Mohammad
Ihsan menilai rencana yang kerap berubah menunjukkan ketidaksiapan pemerintah.
”Perubahan kurikulum itu biasa. Guru bisa terima. Tetapi, kenapa tidak uji coba
dulu sambil dievaluasi,” ujarnya. Hal senada disampaikan Ketua Umum Pengurus
Besar Persatuan Guru Republik Indonesia Sulistyo. Menurut dia, Kurikulum 2013
sebaiknya diuji coba dengan pemilihan sampling yang baik agar siap
dilaksanakan.
”Bukan asal
diterapkan. Kalau gagal, guru yang disalahkan. Kebijakan seperti ini tidak
membuat sistem pendidikan membaik, malah guru dan siswa yang dirugikan,”
ujarnya.(LUK/ELN/RWN)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar